Bhiswawa

Bhiswawa
BATHARA BHISWAWA have a very strange shape, a head man and body as garuda bird. He was the son of the results Kiswabriswa Receipt gandarwa marriage with Dewi Kalayuwati, daughter Durga Bathari with Bathara At that time the body as a garuda bird.
Receipt Kiswabriswa incident began at that time who was sitting in the hermitage, a Polak with a fad that has a garuda bird feathers are very beautiful.
Pushed by curiosity and to be able to approach the Wipe-pinion garuda, the Receipt Kiswabriswa then changed the form of a bird garuda and going flirtation between the two birds are.
Constellation Kiswabrisma very surprised after they finished doing fuck, garuda bird is a female body to exist as an original giant, confess called Kalayuwati Dewi, daughter Bathari Durga.dari kahyangan Setragandamayit. Thanks to the creativity kesaktian Receipt Kiswabriswa, Dewi Kalayuwati womb swell quickly, and then sesosok birth to strange creatures, human head and a bird.
Since small, Bhiswawa living in retirement with his father. Because love is to give help and subjugate his life for good, Bhiswawa get the grace of the gods was at the rank of the gods and to the degree Bathara.
Bathara Bhiswawa have four children that all of a Garuda bird, the Garuda Harna, Brihawan Garuda, Garuda Sampati and Garuda Jatayu.


BATHARA BHISWAWA memiliki wujud yang sangat aneh, berkepala manusia dan berbadan burung garuda. Ia putra Resi Kiswabriswa dari hasil perkawinan gandarwa dengan Dewi Kalayuwati, putri Bathari Durga dengan Bathara Kala yang saat tiu menjelma sebagai seekor burung garuda.

Dikiisahkan, Resi Kiswabriswa yang saat itu sedang duduk di pelataran pertapaan, tertarik dengan polak tingkah seekor burung garuda yang memiliki bulu sangat indah. Terdorong oleh rasa penasarannya untuk dapat mendekati dan mengusap-usap bulu burung garuda tersebut, Resi Kiswabriswa kemudian merubah wujudnya menjadi burung garuda. Alkisah, percumbuan asmarapun terjadi antara kedua burung tersebut. Rasi Kiswabrisma sangat terkejut setelah mereka selesai melakukan persenggamaan, burung garuda betina itu menjelma ke wujud aslinya sebagai seorang raseksi, mengaku bernama Dewi Kalayuwati, putri Bathari Durga.dari kahyangan Setragandamayit. Berkat daya cipta kesaktian Resi Kiswabriswa, kandungan Dewi Kalayuwati cepat membesar, dan kemudian melahirkan sesosok makhluk aneh, berkepala manusia dan berbadan burung.

Sejak lecil, Bhiswawa hidup di pertapaan bersama ayahnya. Karena sifatnya gemar memberi pertolongan dan mengabdikan hidupnya untuk kebajikan, Bhiswawa mendapat anugrah dewa dinaikkan derajatnya setingkat dewa dan berhak memakai gelar Bathara. Bathara Bhiswawa mempunyai empat anak yang kesemuanya berujud burung Garuda, yaitu Garuda Harna, Garuda Brihawan, Garuda Sampati dan Garuda Jatayu.

Bayu

Bayu
BATARA BAYU is also called Hyang Pawaka (wind), God who as symbol of the power. He is the fourth son of Sanghyang Manikmaya, king Tribuana and Dewi Umayi. Batara Bayu has five brothers that were Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Wisnu and Batara Kala. He is also has three half brothers -as the sons of Dewi Umarakti- that were Sanghayang Cakra, Sanghyang Mahadewa and Sanghyang Asmara.

Batara Bayu base on his form had been expression his personalities which strong, brave, simple, wise and awful. Batara Bayu lives in kahyangan Panglawung. He was married with Dewi Sumi --the daughter of Batara Soma--, from that marriage, they were getting four sons namely Batara Sumarma, Batara Sangkara, Batara Sudarma and Batara Bismakara.

According to the book of Mahabarata, Batara Bayu also has a son from Dewi Anjani --the eldest daughter of Resi Gotama from asceticsm of Erriya/Grastina� who forming white monkey namely Maruti/Anoman. While according to puppetry of Java, Anoman is the son of Dewi Anjani and Batara Guru/Sanghyang Manikmaya.

Batara Bayu was come down to Arcapada, as the king of Medanggora, and called Resi Boma.


SANGHYANG BAYU disebut pula Hyang Pawaka (angin), Dewa yang melambangkan kekuatan. Ia putra ke-empat Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri Dewi Umayi. Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Wisnu dan Bhatara Kala. Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.

Sanghyang Bayu menurut wujudnya telah mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh santosa, bersahaja, pendiam dan dahsyat. Sanghyang Bayu bersemayam di Kahyangan Panglawung. Ia menikah dengan Dewi Sumi, putri Bathara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama ; Bathara Sumarma, Bathara Sangkara, Bathara Sudarma dan Bathara Bismakara.

Menurut kitab Mahabharata, Sanghyang Bayu berputra pula dari Dewi Anjani, putri sulung Resi Gotama dari pertapaan Erriya/Grastina seorang anak berwujud kera putih yang diberi nama Maruti/Anoman. Sedangkan menurut pedalangan Jawa, Anoman merupakan putra Dewi Anjani dengan Bathara Guru/Sanghyang Manikmaya.

Sanghyang Bayu pernah turun ke Arcapada menjadi raja di negara Medanggora bernama Resi Boma.

Basuki

Basuki
BATARA BASUKI is also with name Batara Wasu. He is the son of Batara Wismanu, the offspring of Sanghyang Taya, the brother of Sanghyang Wenang. Batara Basuki is God of happiness who forming white snake. Because of his perseverance to do penance, he was getting God award that is magic of Kawrastawan, so that he could changing his form be human being who able to speak and has custom.

Batara Basuki was to reveal at a knight who animated Basuki/prosperity that is Prabu Baladewa/Kakrasana, the king of Mandura who has skin white. He symbol of prosperity and free of badness. Batara Basuki was to reveal in soul of Prabu Baladewa as gratefulness to him, because he was ever saving Batara Basuki when he was forming as a snake in the jungle of Krendayana. With the mercy of Batara Basuki, moment Prabu Baladewa was old age, he was safeguarded from conflict family in the war of Bharatayuda.

Moment the offspring of Yadawa has gone and Prabu Baladewa would die, Batara Basuki out of the body Kakrasana/Prabu Baladewa by his mouth, Batara Basuki was fetched by several dragons that were Dragon of Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Prawedi, they were back to Patala.



BATHARA BASUKI dikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia.

Bathara Basuki menjelma kepada satria yang berjiwa selamat/basuki yaitu Prabu Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura yang berkulit putih, sebagai lambang kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari segala keburukan dan kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu Baladewa sebagai balas jasa atas kebajikan yang pernah dilakuklanm oleh Prabu Baladewa menyelanmatkan dirinya yang berwujud ular dari kematian di hutan Krendayana .Dengan penitisan Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya, Prabu Baladewa terhindar dari pertikaian keluarga yang berperang dalam Bharatayuda.

Setelah keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan meninggal, Bathara Basuki keluar dari tubuh Kakrasana/Prabu Baladewa melalui mulutnya, dijemput oleh para naga, diantaranya Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Praweddi, kembali ke patala.


Baruna

Baruna
BATARA BARUNA also called Batara Waruna. He is the offspring of Sanghyang Wenang, the offspring of Sanghyang Nioya. The form Batara Baruna is God who has fish face and all of the body scaly of fish. So that, he could lives in the land and under water, and has a cupu containing water of Mayausadi.

Batara Baruna lives in khayangan Dasar Samodra (khayangan basic ocean). He has assign to keep the prosperity of human being in the ocean. In the period Maespati, Batara Baruna had been the difficulties that is water of Narmadara do not emit a stream because blocked by the body of Prabu Arjunasasra who slept and tiwikrama/out of his power became Brahalasewu/the big giant was dam up mouth river Narmada, so that the river stream was blocking and generating so many of death. Batara Baruna could solve the problem, by giving Cupu Bayu Panguripan (water of live). This water was used to reanimating Dewi Citrawati and all the females of Maespati who suicide because incitement of Ditya Sukasarana, slave of Prabu Dasamuka.

Batara Baruna very to do yeoman service to Ramawijaya, he was conscripting the big fish to barricading of the ocean and making a fishpond until the crossing of the soldiers monkeys of Gowa Kiskenda to Alengka could be realization.



BATHARA BARUNA sering disebut pula dengan nama Bathara Waruna. Ia masih keturunan Sanghyang Wenang dari keturunan Sanghyang Nioya. Bathara Baruna berwujud Dewa berwajah ikan dan seluruh badannya bersisik ikan. Karena itu Bathara Baruna dapat hidup di darat dan di air, mempunyai cupu berisi air kehidupan Mayausadi.

Bathara Baruna bertempat tinggal di kahyangan Dasar Samodra. Ia bertugas menjaga kesejahteraan makhluk di dalam samodra. Pada jaman Maespati, Bathara Baruna pernah mengalami kesulitan, air narmada tidak mengalir karena terhalang oleh tubung Prabu Arjunasasra yang tidur bertiwikrama menjadi brahalasewu membendung muara Narmada, sehingga mengahalangi aliran sungai dan menimbulkan banyak kematian. Bathara Baruna dapat menyelesaikan persoalan itu dengan memberikan Cupu Banyu Panguripan (air kehidupan) kepada Prabu Arjunasasra. Air Kehidupan itu dipergunakan Prabu Arjunansasra untuk menghidupkan kembali Dewi Citrawati dan para putri Maespati yang mati bunuh diri karena hasutan/tipu daya ditya Sukasarana, anak buah Prabu Dasamuka.

Bathara Baruna juga banyak berjasa membantu Ramawijaya, dengan mengerahkan ikan-ikan besar membendung samodra hingga pembuatan tambak untuk jembatan menyeberangkan jutaan laskar kera Gowa Kiskenda ke negara Alengka dapat terlaksana.

Bathara Aswi - Aswin

Bathara Aswi - Aswin
BATHARA ASWI and BATHARA Aswin is a twin of the god, the son of Bathara Sumeru, which means the offspring Sanghjyang Taya, brother Sanghyang Wenang.
As the other brothers of the descendants of one Bathara Sumeru, Bathara Aswi and Aswin Bathara also got the task of maintaining the safety obligations of the earth with the expertise of each.
Bathara Aswi is the god of all kinds, especially to fight the disease in the developing world, are Bathara Aswin is the god of the horoscope all things that happen in the world.
Bathara Aswi and Bathara Aswion memiki nature and perwatakan, patient, thorough, intelligent, loyal and dutiful to the command.
Get command Sanghyang Manikmaya (Bathara Teacher), Bathara Aswi and Bathara Aswin arcapada down (earth) with the interposition womb daughter Dewi Madrim Prabu Mandrapati with Dewi Tejawati of the State Mandaraka, wife of the king Pandudewanata countries Astina.
Bathara Aswi as Pinten or Nakula, while Bathara Aswin tansen or reincarnate as sadewa. Both the prince's twin five Pandawa.

BATHARA ASWI dan BATHARA ASWIN adalah dewa kembar, putra dari Bathara Sumeru, yang berarti masih keturunan Sanghjyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain satu kerunan dari Bathara Sumeru, Bathara Aswi dan Bathara Aswin juga mengemban tugas kewajiban menjaga keselamatan umat di bumi dengan keahliannya masing-masing. Bathara Aswi adalah dewa yang khususnya memerangi segala macam penyakit yang berkembang di bumi, sedang Bathara Aswin adalah dewa yang menguasai ramalan segala sesuatu yang terjadi di dunia.

Btahara Aswi dan Bathara Aswion memiki sifat dan perwatakan, sabar, teliti, cerdas, setia dan patuh terhadap perintah. Atas perintah Sanghyang Manikmaya (Bathara Guru), Bathara Aswi dan Bathara Aswin turun arcapada (bumi) dengan perantaraan rahim Dewi Madrim --- putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari Negara Mandaraka ---, istri Pranu Pandudewanata raja negar Astina. Bathara Aswi sebagai Pinten atau Nakula, sedangkan Bathara Aswin menjelma sebagai Tansen atau Sadewea. Keduanya merupakan satria kembar dari lima satria Pandawa.

Aruni

Aruni
ARUNI also known by the name of GARUDA SUWARNA (Mahabharata) or Ngruni (Javanese puppetry). He was a Garuda bird , youngest son of two brothers with Dewi Winata Receipt Kasyapa. His old brother who is also a bird called garuda Aruna or Ngruna (Javanese puppetry).
Aruni was born when her mother Goddess Winarta are living as slaves educate children pennon Dewi Kadru. Dewi Kadru meet demand, Aruni going to get to Suralaya cupu Saktiwisa exemption as a condition his mother, Dewi Winata of slavery.
When flying between the clouds, Aruni met with Aruna going to war is very terrible. So terrible, so they fight it roll down the kahyangan Daksina. Hyang Brahmanayana by both birds that are exposed to the garuda Hyang Brahma, who then explains that Aruna Aruni and uterus are still brothers and grandchildren Hyang Brahma himself. Knowing what the goal Aruni, Hyang Brahma told Brahmanayana to lend cupu Saktiwisa to Aruni.
With lend cupu contain Saktiiwisa to Kadru Dewi, Dewi Aruni Winata successfully freed, his mother from slavery. Because the strength, garuda Aruni vehicle then became Sanghyang Vishnu and given the name Briawan because the beauty his feather. Together Sanghyang Vishnu, Aruni been against Hiranyakasipu king Prabu Alengka and Prahu Hiranyawreka, the king of Kasi Suralaya attack because you want to marry Dewi Bremani. In the battle that killed Aruni successful Prabu Hiranyawreka, Prabu Hiranyakasipu being killed by Sanghyang Vishnu. Because the service is Aruni get Dewi Barhmanistri grace, my daughter as his wife, Hyang Brahma. From that marriage he had children who were given the name Bribrahma, a hereditary reduce the Garuda's bird.

ARUNI dikenal pula dengan nama GARUDA SUWARNA (Mahabharata) atau Ngruni (pedalangan Jawa). Ia berujud burung garuda, bungsu dari dua saudara putra Dewi Winata dengan Resi Kasyapa. Kakak kandungnya yang juga berujud burung garuda bernama Aruna atau Ngruna (pedalangan Jawa).
Aruni lahir ketika ibunya Dewi Winarta sedang hidup sebagai budak mengasuh ular-ular anak Dewi Kadru. Memenuhi permintaan Dewi Kadru, Aruni pergi ke Suralaya untuk mendapatkan Cupu Saktiwisa sebagai syarat pembebasan ibunya, Dewi Winata dari perbudakan.

Ketika terbang diantara mega-mega, Aruni bertemu dengan Garuda Aruna dan terjadi peperangan sangat dahsyat. Demijkian hebatnya pertarungan itu sehingga keduanya berguling-guling jatuh di kahyangan Daksina. Oleh Hyang Brahmanayana kedua burung garuda itu dihadapkan kepada Hyang Brahma, yang kemudian menjelaskan kalau Aruna dan Aruni masih bersaudara kandung dan cucu Hyang Brahma sendiri. Mengehui apa yang menjadi tujuan Aruni, Hyang Brahma menyuruh Brahmanayana untuk meminjamkan Cupu Saktiwisa kepada Aruni.

Dengan meminjamkan Cupu berisi Saktiiwisa kepada Dewi Kadru, Aruni berhasil membebaskan Dewi Winata, ibunya dari perbudakan. Karena keperkasaannya, garuda Aruni kemudian menjadi kendaraan Sanghyang Wisnu dan diberinama garuda Briawan karena keindahan bulunya. Bersama Sanghyang Wisnu, Aruni pernah melawan Prabu Hiranyakasipu raja Alengka dan Prahu Hiranyawreka, raja Kasi yang menyerang Suralaya karena ingin memperistri Dewi Bremani. Dalam peperangan itu Aruni berhasil menewaskan Prabu Hiranyawreka, sedang Prabu Hiranyakasipu tewas oleh Sanghyang Wisnu. Karena jasanya itu Aruni mendapat anugrah Dewi Barhmanistri, putri Hyang Brahma sebagai istrinya. Dari perkawinan itu ia mempunyai anak yang diberi nama Bribrahma, yang turun temurun menurunkan golongan burung garuda.




Aruna

Aruna
Aruna or NGRUNA (Javanese puppetry) berujud Garuda bird. He was eldest son of two brothers with Dewi Winata Receipt Kasyapa. Kandungnya younger brother who is also berujud garuda bird called Aruni / Suwarna or Ngruni (Javanese puppetry).
Aruna was born or hatch prematurely. This is due to less temper after Dewi Winata know eggs-eggs that were born Dewi Kadru, also the sister of the wife of Kasyapa Receipt all hatch a serpent. Aruna, who was born prematurely because her body is not yet grown feathers, moan in pain. Not hold due to a pain, the anger Aruna cursed her mother, that the future life of Dewi Winata akan experienced the full misery of living with suffering as a slave.
The curse of Aruna become reality. Less due to the color of horse Ucirawas, as Dewi Kadru assisted her children that the shape of snakes coil around the body Ucirawas horse, causing the body of the white horse mulus dapple, Winata Dewi Dewi and then become slaves to work Kadru educate children thousands of snakes.
Aruna know his mother suffering, he was very remorseful and grieve, because her mother's curse on the direct hit on himself also became less affectionate. But he can not do anything. After the feather wings to bring her body strong, Aruna and then went flying high to the sky, leaving his mother with the suffering of suffering.
Aruna then sit in the vault of heaven, descend in the clouds with sadness and regret. Sadness and regret after beeakhir new Aruna Garuda Aruni, adiknya Dewi Winata successfully freed from slavery with the redemption form cupu contains Saktiwisa.


ARUNA atau NGRUNA (pedalangan Jawa) berujud burung garuda. Ia sulung dari dua saudara putra Dewi Winata dengan Resi Kasyapa. Adik kandungnya yang juga berujud burung garuda bernama Aruni/Suwarna atau Ngruni (pedalangan Jawa).

Aruna lahir atau menetas sebelum waktunya. Hal ini akibat ketidak sabaran Dewi Winata setelah mengetahui telur-telur yang dilahirkan Dewi Kadru, kakaknya yang juga menjadi istri Resi Kasyapa semuanya menetas berujud ular. Aruna yang lahir sebelum waktunya karena tubuhnya belum tumbuh bulu, merintih-rintih kesakitan. Akibat tak tahan menahan rasa sakit, Aruna yang marah mengutuk ibunya, bahwa kelak kehidupan Dewi Winata akan mengalami kesengsaraan hidup yang penuh dengan penderitaan karena menjadi budak.

Kutukan Aruna menjadi kenyataan. Akibat kalah menebak warna kuda Ucirawas, karena Dewi Kadru dibandu anak-anaknya yang berwujud ular melilit tubuh kuda Ucirawas, menyebabkan tubuh kuda yang putih mulus menjadi belang-belang, Dewi Winata kemudian menjadi budak Dewi Kadru bekerja mengasuh ribuan ular anaknya.

Aruna mengetahui penderitaan ibunya itu, ia sangat menyesal dan bersedih hati, karena kutuk pada ibunya itu langsung mengena pada dirinya pula yang menjadi kurang terawat. Tapi ia tak bisa berbuat sesuatu apapun. Setelah bulu sayapnya kuat membawa tubuhnya, Aruna kemudian pergi terbang tinggi ke angkasa, meninggalkan ibunya yang penuh dengan derita kesengsaraan.

Aruna kemudian bersemayam di kolong langit, hinggap di mega-mega dengan membawa kesedihan dan penyesalan. Kesedihan dan penyesalan Aruna baru beeakhir setelah Garuda Aruni, adiknya berhasil membebaskan Dewi Winata dari perbudakan dengan penebusan berupa cupu berisi Saktiwisa.